Puja Mandala – Kedamaian dalam Keragaman
Pesona Bali sebagai pulau dengan seribu pura sangat menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Keunikan pulau dewata ini memiliki ciri khas tersendiri yang tak surut dimakan waktu. Selain keindahan panorama alam nya, penduduk pulau Bali juga sangat terkenal dengan keramahtamahan nya. Sehingga dengan penduduk yang cukup heterogen, tetap terjalin rasa persaudaraan dan perasaan saling menghargai yang cukup kental. Perpaduan keindahan alam dan persahabatan yang kental menyebabkan pulau Bali menjadi icon pariwisata Indonesia yang sudah dikenal dunia.
Semangat kebersamaan yang kental dalam masyarakat Bali melahirkan kompleks
peribadatan Puja Mandala di Nusa Dua. Berawal dari keinginan umat Islam di Bali untuk mendirikan masjid di daerah Nusa Dua, inisiatif ini disambut dengan ide dari Menteri Pariwisata yang pada saat itu dijabat oleh Joop Ave untuk membangun tempat ibadah kelima agama dalam satu kompleks sebagi simbol kerukunan umat beragama di Bali.
Lokasi Puja Mandala mulai dibangun pada tahun 1994 di atas tanah hibah seluas 2 hektar dari PT. Bali Tourism Development Corporation (BTDC). PT. BTDC adalah pihak pengelola daerah Nusa Dua dimana telah berhasil membangun daerah Nusa Dua sebagai salah satu tempat tujuan utama wisata di Bali. Pada tahun 1997, daerah Puja Mandala secara resmi disahkan oleh Menteri Agama Tarmidzi Taher.
Dengan penyelesaian bangunan secara bertahap, berikut daftar nama tempat ibadah di Puja Mandala:
- Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa (1997)
- Gereja Kristen Prostestan Bukit Doa (1997)
- Masjid Ibnu Batutah (1997)
- Vihara Budhina Guna (2003)
- Pura Jagat Natha (2005)
Biarpun tujuan awal dari Puja Mandala adalah sebagai fasilitas ibadah wisatawan yang menginap di daerah Nusa Dua, seiring dengan jalannya waktu, lokasi Puja Mandala sudah menjadi salah satu tempat kunjungan utama bagi wisatawan di Nusa Dua.
Lokasi Puja Mandala berjarak sekitar 12 km dari Bandara Ngurah Rai ke arah Nusa Dua. Juga berdekatan dengan lokasi patung Garuda Wisnu Kencana yang sangat fenomenal dan Pura Sad Khayangan Jagad Uluwatu.
Puja Mandala juga sering disebut sebagai miniatur kerukunan umat beragama di Indonesia. Dengan relasi harmonis dan dinamis, semangat kebersamaan dalam Puja Mandala lahir dari relung jati diri masyarakat pendukung nya. Keberadaan tempat-tempat beribadah di Puja Mandala bukan hanya sebatas simbol saja, namun merupakan bentuk nyata dari toleransi hakiki dalam suasana informal, akrab dan terinternalisasi dalam keseharian hidup. Disini, perayaan Ekaristi umat Kristen seringkali diselingi suara adzan maghrib. Atau shalat Jum’at tetap digelar pada saat hari raya Nyepi, walau tanpa pengeras suara. Disini dapat disaksikan secara lansung cermin Bhinneka Tunggal Ika secara nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar