Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot “ditengah” laut saat air pasang
Sumber Foto: imappi2
Tangga menuju pura
Sumber Foto: purabali.blogspot.com
Memohon berkah air suci (kiri), Suasana sebuah ritual keagamaan di Pura Tanah Lot (kanan)
Sumber Foto: purabali.blogspot.com
Panorama sunset di sekitar Pura Tanah Lot
Sumber Foto: Prasadha
Kabupaten Tabanan – Bali – Indonesia
A. Selayang Pandang
Salah satu pura di Bali yang kerap dikunjungi oleh para pelancong adalah Pura Luhur Tanah Lot. Pura ini terletak di sebuah “pulau” karang di bagian barat Kabupaten Tabanan, tepatnya di Desa Beraban. Menurut legenda, pura yang memiliki nama lain Pura Pakendungan ini dibangun pada abad ke-16 oleh seorang penyebar agama Hindu bernama Danghyang Nirartha. Pendeta yang berasal dari Blambangan ini di daerah Lombok juga dikenal dengan sebutan “Tuan Semeru”, merujuk pada sebuah nama gunung di Jawa Timur, yaitu Gunung Semeru.
Kedatangan
Dahnyang Nirartha ke Desa Beraban konon karena mengikuti petunjuk sinar
suci yang memancar dari arah tenggara. Sinar ini ternyata menuju sebuah
mata air suci yang di dekatnya terdapat sebuah batu karang yang
berbentuk burung (masyarakat setempat menyebutnya gili beo,
yang berarti tanah atau batu karang yang menyerupai burung). Di tempat
ini, bersama para pengikutnya Danghyang Nirartha melakukan meditasi dan
pemujaan kepada Dewa Penguasa Laut sembari menyebarkan agama Hindu
kepada masyarakat setempat.
Ulah
Danghyang Nirartha ternyata kurang berkenan di hati pemimpin Desa
Beraban, yaitu Bendesa Beraban Sakti. Bersama para pengikutnya, ia
berencana menyerang Danghyang Nirartha supaya pergi dari Desa Beraban.
Sang pendeta kemudian melindungi diri dengan memindahkan batu karang
tempatnya bermeditasi ke tengah laut dan menciptakan ular laut berbisa
dari selendangnya untuk melindungi tempat tersebut. Batu karang yang
dipindahkan inilah yang kemudian disebut tanah lot, atau tanah di tengah laut.
Menyaksikan
kesaktian sang Pendeta, akhirnya Bendesa Beraban takluk dan menjadi
pengikut setia Danghyang Nirartha. Oleh karena kesungguhannya, Danghyang
Nirartha kemudian memberikan sebuah keris suci yang dikenal dengan nama
”Jaramenara” atau Ki Baru Gajah kepada Bendesa Beraban. Saat
ini, keris keramat itu disimpan di Puri Kediri dan diupacarai setiap
Hari Raya Kuningan.
Pada
batu karang di “tengah” laut inilah kemudian Danghyang Nirartha
mendirikan Pura Pakendungan yang lebih dikenal dengan nama Pura Luhur
Tanah Lot. Sementara ular “ciptaan” Danghyang Nirartha masih ada di
dalam kompleks pura sampai sekarang. Ular ini termasuk jenis ular laut
yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih, memiliki warna hitam berbelang
kuning dan mempunyai racun tiga kali lebih kuat dari ular kobra.
B. Keistimewaan
Pura
Luhur Tanah Lot atau biasa disingkat menjadi Pura Tanah Lot merupakan
salah satu Pura Sad Kahyangan, yaitu pura yang dipercaya oleh orang
Hindu sebagai sendi-sendi penjaga pulau dewata. Pura lainnya yang
termasuk Pura Sad Kahyangan antara lain Pura Besakih, Pura Ulu Watu,
Pura Pusering Jagat, dan lain-lain.
Pura Tanah Lot merupakan tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Pura
ini memiliki ciri khas sebagai pura yang terletak di “tengah” laut
(terletak sekitar 50 meter dari pantai ketika pasang). Apabila air laut
pasang, maka wisatawan akan menyaksikan pura ini dikelilingi oleh air,
sehingga tampak benar-benar di tengah laut. Apabila ingin menjelajahi
keindahan pura, ada baiknya untuk datang pada sore hari, sebab biasanya
air laut sedang surut. Sementara pada pagi hari, air laut kerap kali
pasang sehingga wisatawan tidak bisa mencapai pelataran pura. Namun,
apabila sedang bulan purnama, pada sore hari pun air laut biasanya tetap
pasang.
Pura Tanah Lot “ditengah” laut saat air pasang
Sumber Foto: imappi2
Para
pelancong yang berkunjung ke Pura Tanah Lot hanya diperbolehkan
memasuki pelataran pura. Bahkan, bagi wanita yang sedang haid/datang
bulan dilarang untuk memasuki pura. Hal ini karena tempat tersebut
dianggap keramat, sehingga tidak semua orang boleh menjamah ruang
pemujaan di dalamnya. Hanya umat Hindu yang akan bersembahyang atau
melakukan ritual agama saja yang diperbolehkan memasuki tempat pemujaan.
Akan tetapi, para pengunjung tak usah kecewa, sebab di sekitar pura
masih ada dua daya tarik lainnya, yaitu sumber air tawar dan ular suci.
Tangga menuju pura
Sumber Foto: purabali.blogspot.com
Sumber air tawar yang disebut Tirta Pabersihan ini
merupakan air suci yang dikeramatkan. Keberadaan sumber air tawar ini
tentu saja mengundang decak kagum, sebab di tengah deburan air laut yang
asin, ternyata ada sumber air tawar yang dapat digunakan oleh para
pengunjung maupun umat Hindu untuk menyucikan diri. Di tempat ini, para
pengunjung dapat mencuci muka atau anggota badan lainnya sembari
memanjatkan doa. Konon, dengan cara itu permohonan akan terkabulkan.
Daya tarik lainnya adalah ular suci yang menurut cerita merupakan
ciptaan Danghyang Nirartha sebagai ular penjaga pura. Wisatawan dapat
melihat atau memegang ular ini sambil meletakkan uang receh atau uang
koin. Meskipun termasuk ular beracun, namun wisatawan tak usah khawatir
karena ular ini tak pernah membahayakan para para pengunjung. Pada waktu
melihat atau memegang ular ini wisatawan juga bisa melakukan
permohonan.
Memohon berkah air suci (kiri), Suasana sebuah ritual keagamaan di Pura Tanah Lot (kanan)
Sumber Foto: purabali.blogspot.com
Saat menjelang petang, di sekitar pura terdapat ratusan hingga ribuan wisatawan yang menunggu pesona tenggelamnya matahari (sunset).
Momen ini banyak ditunggu-tunggu oleh para turis maupun fotografer
profesional untuk diabadikan ke dalam kamera. Sembari menunggu waktu
sore, wisatawan dapat berjalan menyusuri pantai, menuju sebuah batu
karang yang bolong di tengahnya. Tempat ini juga menjadi lokasi favorit
untuk berfoto.
Panorama sunset di sekitar Pura Tanah Lot
Sumber Foto: Prasadha
Apabila beruntung, wisatawan dapat menyaksikan ritual Odalan atau hari jadi Pura Tanah Lot yang diperingati setiap 210 hari sekali. Perayaan Odalan biasanya
dilaksanakan mendekati perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pada
perayaan ini, warga Hindu akan berduyun-duyun datang bersembahyang dan
memohon berkah di pura ini. Para pelancong juga dapat menikmati event wisata bertajuk Tanah Lot Spectacular. Berbagai macam perlombaan dan seni pertunjukan diadakan dalam event ini, di antaranya lomba lari 10 kilometer, lomba layang-layang, pertunjukan tari kecak kolosal, serta okokan dan tektekan kolosal. Terakhir, event wisata ini diadakan pada 12—14 September 2008.
C. Lokasi
Pura Tanah Lot terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, Indonesia.
D. Akses
Pura
Tanah lot terletak sekitar 13 km arah barat Kota Tabanan, atau 25 km
arah barat Kota Denpasar. Dari kota Denpasar atau Tabanan, wisatawan
dapat menggunakan jasa taksi, menyewa mobil, motor, atau menggunakan
jasa travel untuk menuju lokasi pura.
E. Harga Tiket
Harga tiket memasuki obyek wisata Pura Tanah Lot sebesar Rp 7.500 untuk turis domestik, dan Rp 10.000 untuk turis asing.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Dari tempat parkir menuju Pura Tanah Lot banyak dijumpai art shop, kios-kios suvenir, jasa tattoo temporary,
serta warung makan atau kedai minuman. Berbagai macam tipe penginapan
juga banyak tersedia di sekitar pura, mulai dari penginapan kelas melati
hingga hotel berbintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar